Candi Borobudur

Megahnya Candi Borobudur, Candi Budha Terbesar di Dunia

Candi Borobudur adalah candi termegah sekaligus menjadi candi Budha terbesar di dunia. Bentuknya yang eksotis dan menawan pernah menempatkan candi ini sebagai situs warisan dunia versi Unesco.

Candi Borobudur Magelang

Candi Borobudur dalam prasasti Karang Tengah dibangun dan digagas oleh Raja Samaratungga dari Wangsa Syailenda yang kemudian proses penyelesaian pembangunannya dilakukan oleh Ratu Pramudawardhani, putri Raja Samaratungga di abad ke 9 masehi.

Struktur bangunan candi di Magelang ini sepenuhnya menggunakan batuan andesit yang berasal dari erupsi gunung Merapi yang jumlahnya mencapai 2 juta batu andesit yang dibentuk menyerupai balok yang saling terhubung satu sama lainnya.

Proses pembangunannya bahkan memakan waktu hingga ratusan tahun yang dilakukan secara berkelanjutan tiap pergantian tahta kerajaan Mataram kuno ketika itu.

Karena teknologi yang digunakan ketika itu masih amat sederhana termasuk alat transportasi yang diangkut untuk mengangkut batuan andesit berukuran raksasa hingga ke lokasi candi saat ini.

Struktur Candi Borobudur

Candi Borobudur memiliki struktur bangunan berbentuk pundek berundak yang bagian bawah lebar kemudian kian mengecil di bagian puncak.

Terdapat empat buah tangga batu yang diletakkan di setiap empat penjuru mata angin. Serta terdapat lebih dari 1.400 relief yang menghiasi dinding candi Borobudur dan 500 lebih archa Budha berbagai bentuk dan ukuran yang memiliki perlambang masing-masing.

Dimensi Candi Borobudur

Candi ini memiliki dimensi dengan panjang sekitar 121,66 meter dan lebar 121, 38 meter dan tinggi mencapai 35 meter. Dengan penampang luas pendukung yang menjadi situs percandian yang terus mengalami perluasan saat proses pemugaran berlangsung.

Filosofi Candi Borobudur

Bentuk dan struktur bangunan Candi terbesar di Magelang ini juga dalam filosofi agama Budha menggambar sebagai bentuk tingkatan manusia yang dibagi dalam tiga tingkatan; Kamadhatu. Rupadhatu dan Arupadhatu.

Kamadhatu

Kamadhatu yang menjadi struktur terbawah Candi Borobudur dianalogikan sebagai alam bawah atau sifat manusia yang paling rendah yang lebih menonjolkan sifat duniawi.

Rupadhatu

Di bagian selanjutnya, atau tingkatan kedua terdapat Rupadhatu yang identik dengan alam antara, alam tengah yang cenderung mulai berpikir untuk beralih untuk meninggalkan sifat-sifat duniawi meski dalam kehidupannya masih terikat dengan dunia.

Arupadhatu

Inilah akhir dari perjalanan manusia yang sudah sepenuhnya meninggalkan sifat duniawi dalam level yang lebih tinggi dan tidak lagi tergantung pada hal-hal yang terkait dengan nafsu paling dasar manusia yang cenderung bersifat negatif.

Relief Candi Borobudur

Pada dinding Candi Borobudur terdapat relief hasil pahatan batu yang dibuat di 2.672 panel yang memuat beragam kisah yang dibagi dalam 4 kisah khusus yakni; Karmawibangga, Lalitawistara, Jataka atau Awadana dan Gandawyuha.

Terdapat pula kisah perjalanan Sang Budha dalam menyebarkan ajaran agamanya serta relief lain yang mengisahkan betapa majunya masyarakat di Pulau Jawa kala itu.

Untuk bisa membaca alur cerita yang ada di relief candi ini, pengunjung harus menyusuri tiap relief dimulai dari pintu timur kemudian berjalan searah jarum jam hingga bertemu di titik semula kemudian dilanjutkan ke puncak selanjutnya. Oleh penganut Budha, ritual ini disebut dengan Pradaksina.

Fungsi Candi Borobudur

Fungsi awal pembangunan candi terbesar di Indonesia ini di era Mataram Kuno adalah sebagai tempat sekaligus pusat peribadatan umat Budha kala itu.

Kemudian setelah masa berganti, Candi terbesar ini lebih difungsikan sebagai ziarah bagi umat Budha sekaligus situs warisan sejarah dunia yang tak hanya menjadi warisan salah satu agama tapi warisan umat manusia.

Bangunan candi ini sempat mengalami kerusakan ketika Yogya dilanda gempa pada tahun 2006 lalu, beberapa bangunan bahkan tidak bisa diperbaiki ataupun direkonstruksi ulang, puing-puing bebatuannya hingga saat ini masih terlihat di situs candi ini.

Harmonisasi Budaya

Keberadaan candi yang bernuansa budha dan candi-candi lain disekitarnya yang cenderung bernuansa Hindu juga menunjukkan jika kala itu masyarakat hingga kerajaan sudah sangat menjujung tinggi bentuk toleransi agama.

Melalui proses harmonisasi budaya yang sangat baik kala itu dengan dominasi dua agama yakni Budha Mahayana yang dianut oleh Wangsa Syailendra serta agama Hindu aliran Siwa yang dianut oleh warga dan Wangsa Sanjaya.

Erupsi Gunung Merapi

Bangunan candi ini pernah ditinggalkan dan dibiarkan terbengkalai hingga tertimbun di dalam tanah pasca Mpu Sendok mengalihkan wilayah kekuasaan Mataram ke Jawa Timur.

Hal ini dilakukan karena terjadinya erupsi Gunung Merapi dengan dampak yang sangat luas hingga kemudian dibiarkan terlantar.

Eskavasi Candi Borobudur

Proses eskavasi Candi Borobudur pertama kali dilakukan di tahun 1811, kala itu wilayah ini dikuasai oleh Gubernur Jenderal Sir Thomas Stanford Raffles yang mendapat informasi perihal keberadaan candi ini.

Kemudian mengutus Christian Cornelius untuk melakukan proses eskavasi meski masih sangat sederhana. Saat itu, bangunan candi Borobudur sudah tertimbun di dalam tanah dan tertutup lebatnya pepohonan di dalam hutan Bumi Segoro.

Pencurian Arca Candi Borobudur

Jauh sebelum eskavasi secara resmi dilakukan, banyak arca Budha yang ada di Candi Borobudur dicuri khususnya pada bagian kepala Budha yang dijual di pasar-pasar internasional dengan harga yang sangat mahal, karenanya ketika proses pemugaran dilakukan banyak arca yang tidak memiliki kepala.

Pemboman Candi Borobudur

Candi ini juga pernah mendapat teror bom pada 21 Januari 1985 yang menghancurkan banyak bangunan candi pasca dilakukan pemugaran.

Terdapat 13 bom yang diletakkan di bagian stupa candi dan 9 bom diantaranya berhasil meledak. Aksi ini dilakukan oleh pelakunya karena terkait erat dengan pemahaman radikal yang salah.

Baca Juga : Wisata Bandung

Fasilitas Candi Borobudur

Sebagai sebuah situs warisan skala internasional, fasilitas yang ada di Candi Borobudur sudah sangatlah lengkap. Fasilitas seperti musala, toilet, kantin, hingga area parkir yang luas tersedia di komplek candi ini.

Selain itu, terdapat pula penginapan mulai dari hotel, hostel hingga losmen yang ditawarkan dengan tarif yang beragam. Tak hanya itu saja, kawasan candi ini juga dilengkapi spot-spot untuk berekreasi untuk pengunjung.

Tarif Masuk dan Jam Kunjungan

Tiket masuk yang diberlakukan untuk bisa menikmati Candi Borobudur adalah sebesar Rp. 50 ribu untuk dewasa dan Rp. 25 ribu untuk anak-anak.

Dan, jam kunjungan yang diberlakukan dimulai dari pukul 06.00 – pukul 17.00 setiap harinya. Sangat disarankan untuk mengunjungi komplek percandian ini di pagi hari karena udaranya yang masih segar sekaligus menyehatkan.

Cara Menuju Candi Borobudur

Candi Borobudur terletak di Jalan Badrawati, Kecamatan Borobudur, Magelang Jawa Tengah. Saat ini, untuk pengunjung yang hendak menuju ke candi sudah banyak angkutan umum yang melayani bahkan hingga ke lokasi tempat wisata purbakala ini.

Namun Anda dapat dengan mudah dari wilayah Jabodetabek yang ingin berwisata menuju Jawa Tengah dan Yogyakarta menggunakan layanan bus Discovery dengan fasilitas lengkap dan pelayanan prima.

Konsultasi Gratis

Namun jika Anda belum paham untuk merencanakan perjalanan wisata, maka jangan ragu untuk menghubungi tim marketing kami untuk berkonsultasi terlebih dahulu.

Itulah tadi rekomendasi tempat wisata yang dapat Anda kunjungi untuk mengisi liburan dan jika Anda membutuhkan bantuan transportasi perjalanan jangan ragu untuk menghubungi Discovery bus sebagai solusi yang tepat.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.